1. Intellegensi Quotien (IQ)
1.1
DEFINISI IQ
Menurut David
Wechsler, intellegensi adalah
kemampuan untuk bertindak secara terarah,
berfikir secara rasional, dan memahami lngkungannya secara efektif.
Secara garis besar dapat kita simpulkan bahwa intellegensi adalah sebuah kemampuan mental yang melibatkan proses
berfikir secara rasional. Oleh karena itu, intellegensi tidak bisa diamati
secara langsung melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang
merupakan manifestasi dari proses berfikir rasional itu. Sedangkan IQ singkatan
dari (Intelligence Quotient) adalah
skor yang diperoleh dari sebuah alat test kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya
memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak
menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.
Intelligence
Quotientatau yang biasa
disebut dengan IQ merupakan istilah dari pengelompokan kecerdasan manusia,
kecerdasan ini pertama kali ditemukan pada sekitar tahun 1905 oleh Alfred
Binnet ahli psikologi dari Prancis, digunakan sebagai pengukur kualitas
seseorang pada masanya saat itu, dan kemudian berkembang luas sampai ke pelosok
dunia. Bahkan untuk masuk ke Militer pada saat itu, hanya yang ber-IQ yang
menentukan tingkat keberhasilan dalam
penerimaan untuk masuk ke Militer.
Inti dari kecerdasan ini ialah aktifitas otak, Kecerdasan
ini terletak pada otak bagian cortex (Kulit Otak), dimana kecerdasan inilah
yang memberikan kita kemampuan berhitung, beranalogi, berimajinasi dan memiliki
daya kreasi serta inovasi. Atau lebih tepatnya diungkapkan oleh para psikologis
dengan “What I Think”. Menurut
penelitian, IQ atau daya tangkap seseorang dapat di tentukan sejak anak usia 3
tahun, daya tangkap sangat dipengaruhi oleh keturunan (genetic) yang dibawanya
dari keluarga ayah dan ibu disamping factor gizi makanan yang cukup.
IQ atau daya tangkap ini dianggap tidak akan berubah
sampai dewasa, kecuali bila ada sebab kemunduran fungsi otak seperti penuaan
dan kecelakaan. IQ yang tinggi memudahkan seseorang belajar dan memahami
berbagai bidang ilmu.
Rumus kecerdasan umum yang di tetapkan oleh para ilmuwan
adalah:
Usia mental anak X 100 = IQ
Usia sesungguhnya
Contoh :
Misal anak pada usia 3 tahun telah punya kecerdasan anak-anak yang
rata-rata baru bisa berbicara seperti
anak usia 4 tahun. Inilah yang disebut dengan usia mental. Berarti IQ si anak
adalah : 4/3 x 100 = 133.
Interpretasi atau penafsiran dari IQ adalah sebagai
berikut:
TINGKAT KECERDASAN
|
IQ
|
GENIUS
|
Di atas 140
|
SANGAT SUPER
|
120 - 140
|
SUPER
|
110 – 120
|
NORMAL
|
90 - 110
|
BODOH
|
80 - 90
|
PERBATASAN
|
70 – 80
|
MORON / DUNGU
|
50 – 70
|
IMBECILE
|
25 – 50
|
IDIOT
|
0 - 25
|
1.2
CARA MENINGKATKAN IQ
Kecerdasan dapat dibagi dua yaitu, kecerdasan umum atau
biasa disebut factor-g, maupun kecerdasan spesifik. Akan tetapi pada dasarnya
kecerdasan dapat di pilah-pilah .
Berikut ini pembaguan sfesifikasi kecerdasan menurut L.L.
Thurstone :
Ø Pemahaman dan kemampuan verbal
Ø Angka dan hitungan
Ø Kemampuan visual
Ø Daya ingat
Ø Penalaran
Ø Kecepatan perceptual
Skala Wechsler yang umum dipergunakan untuk mendapatkan
taraf kecerdasan, membagi kecerdasan menjadi dua kelompok besar yaitu:
Kemampuan Kecerdasan Verbal (VIQ) dan Kemampuan Kecerdasan Tampilan (PIQ).
Menurut para ahli
IQ (Intelligence Quotient),
dapat ditingkatkan dengan latihan sederhana dan mengubah kebiasaan –kebiasaan
tertentu. Yakni dengan cara sebagai berikut :
1. LATIHAN
PERNAPASAN DALAM
Pernapasan dalam meningkatkan aliran darah dan oksigen ke
otak, juga merilekskan kita sehingga meningkatkan fungsi efektif otak. Cara
melakukannya mudah, pejamkan mata dan tarik nafas lewat hidung, sehingga
paru-paru di penuhkan sampai kapasitasnya, lalu hembuskan secara perlahan.
Saat melakukan pernapasan dalam, hilangkan semua pikiran yang
masuk kedalam kepala anda, coba jangan pikirkan apapun kecuali efek penenangan
dan perileksan dari syaraf dan tubuh. Cara ini sangat berguna dan efektif untuk
menyelesaikan masalah secara kreatif.
Ketika anda selesai melakukan latihan yang hanya perlu
waktu 2 sampai 4 menit ini kemampuan anda untuk menyelesaikan masalah akan
meningkat paling sedikit 80 %. Pikiran akan merasa jernih dalam sekejap jika
dilakukan hanya 5 kali berturut-turut, anda juga akan lebih bisa
mengkoordinasikan pikiran dan pemikiran sehingga menjadi lebih jelas.
2. JAGA
POSTUR TUBUH
Postur tubuh daoat menentukan seberapa baik anda
berfungsi. Berdiri bungkuk dan mulut terbuka mengurangi kemampuan berfikir
jernih. Untuk membuktikan hal ini’ coba duduk membungkuk dengan mulut terbuka sambil
menyelesaikan soal matematika didalam pikiran. Kemungkinan anda tidak bisa
menyelesaikan masalah tersebut secara
cepat dan tidak bisa berfikir secara jernih.
Lakukan olahraga untuk membantu meningkatkan aliran darah
ke otak. Aerobic atau olahraga apa saja dapat memberikan pengaruh fositif dan
memberikan khasiat ini.
3. PERHATIKAN
MAKANAN
Jangan makan segala sesuatu yang mengandung gula
sederhana secara berlebihan semua karbohidrat sederhana jika dimakan dalam jumlah yang banyak, secara
umum dapat membuat lelah yang bukan hanya membuat anda lamban dalam berfikir,
tapi juga membuat lamban secara fisik.
1.3 HAL
- HAL YANG MENYEBABKAN IQ MENURUN
Semua orang
termasuk anda pasti sudah mengetahui kalau otak merupakan salah satu bagian
terpenting dalam organ tubuh manusia yang berguna untuk menyimpan memori,
berfikir dan pusat saraf sensorik dan motorik pada organ tubuh anda.
Sayangnya,
sampai saat ini otak belum dapat diobati bila mengalami kerusakaan, oleh sebab
itu sebaiknya anda mulai merawat otak anda dengan tidak melakukan beberapa hal
yang menyebabkan kerusakan pada otak di bawah ini.
- Bekas botol mineral
Mungkin sebagian dari anda mempunyai kebiasaan memakai ulang botol
plastic dari air mineral seperti Aqua, Ades dan sebagainya sebagai cadangan air
yang anda minum sahari-hari.
Bila iya, sebaiknya anda mulai menghentikan kebiasaan ini karena bahan
plastic dari botol atau disebut juga polyethylene terephthalate atau PET yang
dipakai oleh botol-botol ini mengandung zat-zat karsinogen atau DEHA yang berbahaya
bagi tubuh anda.
Jadi, sebenarnya botol bekas ini hanya aman untuk dipakai 1-2 kali saja,
jika anda ingin memakainya lebih lama, botol harus ditempatkan di tempat yang
sejuk dan jauh dari sinar matahari, itupun tidak boleh lebih dari seminggu.
Karena kebiasaan mencuci ulang botol bekas akan membuat lapisan plastik rusak
dan zat karsinogen akan masuk tercampur dengan air yang anda minum. Jadi
sebaiknya anda membeli botol air minum yang memang khusus untuk dipakai
berulang-ulang.
- Sate
Kalau anda gemar makan sate, jangan lupa untuk mengkonsumsi ketimun
sesudahnya, karena ketika anda makan sate sebetulnya anda juga ikut memakan
karbon hasil pembakaran arang yang dapat menyebabkan kanker dan mengakibatkan
sel-sel pada otak tidak berkembang sehingga pada akhirnya anda akan susah
berkonsentrasi. Untuk itu, disarankan anda mengkonsumsi ketimin yang mempunyai
anti karsinogen yang baik untuk menghalau karsinogen yang terdapat pada sate
yang anda makan.
- Udang dan vitamin C
Jangan pernah memakan udang setelah anda mengkonsumsi vitamin C, karena
akan menyebabkan anda keracunan dari racun Arsenik (As) yang merupakan proses
reaksi dari udang dan vitamin C.
Nah, makanya mengkonsumsi udang dan vitamin C secara bersamaan akan
mengakibatkan sel-sel stimulus otak menjadi gampang terganggu, dan pada
akhirnya akan menyebabkan kebodohan karena IQ menjadi turun.
- Mie instan
Untuk penggemar instan, pastikan anda mempuanyai selang waktu paling
tidak tiga hari setelah anda mengkonsumsi mie instan, jika anda akan memakan
lagi. Dari informasi kedokteran, terdapat kandungan lilin yang melapisi mie
instan, itulah sebabnya mie instan tidak lengket satu sama lainnya ketika
dimasak. Mengkonsumsi mie instan setiap hari akan meningkatkan kemungkinan
seseorang terjangkiti kanker.
- Bahaya dibalik kemasan
makanan
Kemasan makanan merupakan bagian dari makanan yang sehari-hari anda
konsumsi. Bagi sebagian besar orang, kemasan makanan hanya sekadar bungkus
makanan dan cenderung dianggap sebagai pelindung makanan. padahal sebetulnya,
tidak tepat begitu, namun tergantung jenis bahan kemasan.
Oleh sebab itu sebaiknya mulai sekarang anda harus cermat dalam memiliki
kemasan makanan. hindari kemasan pada makanan yang mempunyai fungsi untuk
mengawetkan, menyeragamkan dan kemasan yang bersentuhan langsung dengan makanan
yang akan anda konsumsi.
- Kopi
Biasakan untuk tidak mengkonsumsi kopi secara berlebihan, karena hal ini
akan menganggu sistem otak. Beberapa ilmuwan menganjurkan untuk meminum kopi
maksimal hanya 3 gelas perhari, itupun yang berukuran cangkir kecil.
- Tidak sarapan
Banyak orang yang menyepelekan sarapan di pagi hari, padahal tidak
mengkonsumsi apapum di pagi hari akan menyebabkan turunnya kadar gula di dalam
darah. Hal ini akan berakibat pada kurangnya masukan nutrisi pada otak yang
berakhir pada kemunduran sistem otak.
- Makan berlebihan
Kemudian, bila anda terlalu banyak makan ternyata juga berbahaya bagi
otak anda karena akan mengeraskan pembuluh darah di otak yang biasanya
berfungsi untuk kekuatan mental anda. Bila pembuluh darah anda sudah mengeras,
biasanya akan berakibat dengan turunnya kekuatan mental pada tubuh anda. Jadi
biasakanlah untuk menahan diri dengan cara berhenti makan sebelum anda
kekenyangan.
- Merokok
Inilah alasana mengapa bangsa Yahudi terkenal jenius, karena mereka
tidak merokok walaupun mereka merupakan bangsa penghasil rokok. Fakta
membuktikan kalau rokok mempunyai efek buruk pada otak yaitu menyusutnya volume
otak secara berlahan-lahan.
- Kurang tidur
Tidur memberikan kesempatan pada otak anda untuk beristirahat, jadi jika
anda sering melalaikan tidur, akan membuat sel-sel pada otak anda mati
kelelahan. Jadi biasakan untuk tidur minimal 6-8 jam dalam sehari agar badan
anda sehat dan bugar.
- Terlalu lama menggunakan
ponsel
Ya, apabila anda menggunakan ponsel dalam waktu yang terlalu lama akan
menyebabkan kerusakan pada otak karena gelombang elektrimagnetik yang
ditimbulkan oleh HP dapat mempengaruhi perkembangan otak. Oleh sebab itu
disarankan untuk menggunakan handsfree atau headset jika anda menerima telepon
cukup lama.
2. Emotional Quotient (EQ)
Adalah Daniel
Goleman (1999), salah seorang yang mempopulerkan jenis kecerdasan manusia
lainnya yang dianggap sebagai faktor penting yang dapat mempengaruhi terhadap
prestasi seseorang, yakni Kecerdasan Emosional, yang kemudian kita mengenalnya
dengan sebutan Emotional Quotient (EQ). Goleman mengemukakan bahwa kecerdasan
emosi merujuk pada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang
lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan
baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
Kecerdasan
emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan
daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi koneksi dan pengaruh
yang manusiawi. Dengan kata lain, EQ adalah
serangkaian kecakapan untuk melapangkan jalan di dunia yang penuh liku-liku
permasalahan-permasalahan sosial. Substansi dari kecerdasan emosional adalah
kemampuan merasakan dan memahami untuk kemudian disikapi secara manusiawi.Orang
yang EQ-nya baik, dapat memahami perasaan orang lain, dapat membaca yang
tersurat dan yang tersirat, dapat menangkap bahasa verbal dan non verbal.
Antara otak dan emosi memiliki hubungan yang
fungsional yang saling menentukan antara satu dan lainnya. Penelitian Rappaport
di tahun 1970-an menyimpulkan bahwa emosi tidak hanya diperlukan dalam
penciptaan ingatan, tetapi emosi adalah dasar dari pengaturan memori. Orang
tidak akan pernah mencapai kesuksesan dalam bidang apapun kecuali mereka senang
menggeluti bidang itu. Jadi untuk mengoptimalkan kecerdasan intelektual yang
biasa disebut dengan accelerated learning, tidak dapat dicapai tanpa bantuan
aktifitas emosional yang positif.
Di dunia Islam kajian atas “emosi” bukanlah barang
baru.Al-Qur’an dan Hadits banyak sekali menyinggung tentangnya.Di dalam
Al-Qur’an, aktifitas kecerdasan emosional seringkali dihubungkan dengan kalbu.
Oleh karena itu, kata kunci utama EQ di dalam Al-Qur’an dapat ditelusuri
melalui kata kunci (qalbu) dan tentu saja dengan istilah-istilah lain yang
mirip dengan fungsi kalbu seperti jiwa , intuisi, dan beberapa istilah lainnya.
Jenis-jenis dan sifat-sifat qalbu (qalb) dalam
Al-Qur’an dapat dikelompokkan sebagai berikut:
* Kalbu yang positif :
1. Kalbu yang damai (Q.S. al-Syura/26:89).
2. Kalbu yang penuh rasa takut (Q.S.Qafl50:33)
3. Kalbu yang tenang (Q.S. al-Nahl/16:6)
4. Kalbu yang berfikir (Q.S.al-Haj/2:46)
5. Kalbu yang mukmin (Q.S.al-Fath/48:4)
* Kalbu yang Negatif:
1.Kalbu yang sewenang-wenang (Q.S. Gafir/40:35)
2.Kalbu yang sakit (Q.S. al-Ahdzab/33:32)
3.Kalbu yang melampaui batas (Q.S.Yunus/10:74)
4. Kalbu yang berdosa (Q.S.al-Hijr/15:12)
5. Kalbu yang terkunci, tertutup (Q.S.al-Baqarah/2:7)
6. Kalbu yang terpecah-pecah (Q.S.al-Hasyr/59:14)
Kalau qalb di atas dapat diartikan sebagai emosi maka
dapat difahami adanya emosi cerdas dan tidak cerdas.Emosi yang cerdas dapat
dilihat pada sifat-sifat emosi positif dan emosi yang tidak cerdas pada
sifat-sifat emosi negatif.
Kecerdasan Emosi dapat diukur dari beberapa
aspek-aspek yang ada. Goleman mengemukakan lima kecakapan dasar dalam
kecerdasan Emosi, yaitu:
a. Mengenali
emosi diri
Merupakan kemampuan sesorang untuk mengetahui perasaan
dalam dirinya dan efeknya serta menggunakannya untuk membuat keputusan bagi
diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis, atau kemampuan diri dan
mempunyai kepercayaan diri yang kuat lalu mengkaitkannya dengan sumber
penyebabnya.
b. Mengelola
emosi
Yaitu merupakan kemampuan menangani emosinya sendiri,
mengekspresikan serta mengendalikan emosi, memiliki kepekaan terhadap kata
hati, untuk digunakan dalam hubungan dan tindakan sehari-hari.
c.
Memotivasi diri sendiri
Motivasi adalah kemampuan menggunakan hasrat untuk
setiap saat membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang lebih
baik serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif, mampu
bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.
d. Empati
'atau mengenali emosi orang lain
Empati merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakan
oleh orang lain, mampu memahami perspektif orang lain, dan menimbulkan hubungan
saling percaya serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe individu
e. Membina hubungan
Merupakan kemampuan menangani
emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan menciptakan serta
mempertahankan hubungan dengan orang lain, bisa mempengaruhi, memimpin,
bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan dan bekerja sama dalam tim.
Goleman
berpendapat bahwa EQ bisa melengkapi kelemahan dan kekurangan
kecerdasan IQ. Bahkan dalam hubungan bisnis dan komunikasi dengan orang lain,
keceerdasan EQ lebih berfungsi dibandingkan kecerdasan IQ. Hal ini karena EQ
ini bisa membantu seseorang untuk menciptakan asosiasi antar berbagai hal,
misalnya antara rumah dan kenyamanan, anatara ibu dan cinta, dan lain-lain.Jadi
pemikiran asosiatif ini mendasari sebagaian besar keceerdasan emosional.
3.
Spiritual Quotient (SQ)
Di akhir abad
ke-20 (1999-an), Danah Zohar dan Ian Marshall melalui penelitian ilmiahnya
menemukan kecerdasan lain, kecerdasan ketiga, yang disebut-sebut sebagai the
ultimatte intelligence (kecerdasan tertinggi), yaitu SQ (Spiritual
Quotient).Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan
makna atau value, yakni kecerdasan untuk menempatkan perilakudan hidup
dalam konteks makna yang lebih luas. Kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan
atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibanding dengan yang lain. Dapat
juga dikatakan bahwa kecerdasan spiritual merupakan kemampuan untuk memberi
makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah- langkah
dan pemikiran yang bersifat fitrah dalam upaya menggapai kualitas hanif
dan ikhlas.SQ adalah suara hati Ilahiyah yang memotivasi seseorang untuk
berbuat atau tidak berbuat.
Kalau EQ berpusat
di hati, maka SQ berpusat pada "hati nurani" (Fuad/dhamir).Kebenaran
suara fuad tidak perlu diragukan. Sejak awal kejadiannya, "fuad"
telah tunduk kepada perjanjian ketuhanan " Bukankah Aku ini Tuhanmu
?" Mereka menjawab :" Betul (Engkau Tuhan kami ), kami bersaksi
"( al-A'raaf,7:172 ). Di samping itu, secara eksplisit Allah SWT
menyatakan bahwa penciptaan Fuad/ al-Af’idah selaku komponen utama manusia
terjadi pada saat manusia masih dalam rahim ibunya (al-Sajadah,32:9). Tentunya
ada makna yang tersirat di balik informasi Allah tentang saat penciptaan fuad
karena Sang Pencipta tidak memberikan informasi yang sama tentang waktu
penciptaan akal dan qalbu. Isyarat yang dapat ditangkap dari perbedaan
tersebut adalah bahwa kebenaran suara fuad jauh melampaui kebenaran
suara akal dan qalbu .
IQ digambarkan sebagai “What I think?“, EQ “What I Feel”, dan SQ adalah
kemampuan menjawab “Who I am“. Siapa saya? Dan untuk apa saya diciptakan. Tuhan
Maha Adil, sebenarnya kita memiliki semua kecerdasan ini tetapi tidak pernah
kita asah bahkan kita munculkan. Untuk menjadi seorang pribadi yang sukses kita
harus mampu menggabungkan dan mensinergikan IQ, EQ, dan SQ. Ilmu tanpa hati
adalah buta, sedangkan ilmu tanpa hati dan jiwa adalah hampa. Ilmu, hati, dan
jiwa yang bersinergi itulah yang memberikan makna.
Sebagai pribadi,
salah satu tugas besar dalam hidup ini adalah berusaha mengembangkan segenap
potensi (fitrah) kemanusiaan yang kita miliki, melalui upaya belajar/ learning
to do, learning to know (IQ), learning to live together (EQ) dan learning to be
(SQ) serta berusaha untuk memperbaiki kualitas diri pribadi secara
terus-menerus, hingga pada akhirnya dapat diperoleh aktualisasi diri dan
prestasi hidup yang sesungguhnya (real achievement).
Pemilik IQ tinggi bukan jaminan untuk meraih kesuksesan.Seringkali
ditemukan pemilik IQ tinggi tetapi gagal meraih sukses; sementara pemilik IQ
pas-pasan meraih sukses luar biasa karena didukung oleh EQ. Mekanisme EQ tidak
berdiri sendiri di dalam memberikan kontribusinya ke dalam diri manusia tetapi
intensitas dan efektifitasnya sangat dipengaruhi oleh unsur kecerdasan ketiga
(SQ).
4.
ADVERSITY QUOTIENT (AQ)
Adalah bentuk kecerdasan seseorang untuk dapat
bertahan dala menghadapi kesulitan – kesulitan dan mampu mengatasi tantangan
hidup. Paul G Stoltz dalam Adversity Quotient membedakan tiga tingkatan AQ
dalam masyarakat :
- Tingkat quitrers ( orang yang berhenti). Quiters
adalah orang yang paling lemah AQ nya. Ketika ia menghadapi berbagai
kesulitan hidup ,ia berhenti dan langsung menyerah.
- Tingkat Campers ( Orang yang berkemah ). Campers
adalah orang yang memiliki AQ sedang.Ia puas dan cukup atas apa yang telah
dicapai dan enggan untuk maju lagi.
- Tingkat Climbers ( orang yang mendaki ). Climbers
adalah orang yang memilikiAQ tinggi dengan kemampuan dan kecerdasan yang
tinggi untuk dapat bertahan menghadpi kesulitan-kesulitan dan mapu
mengatasi tantangan hidup.
Tidak jarang dalam dunia kerja ada sekelompok karyawan
yang memiliki kecerdasan intelektual (IQ) tinggi kalah bersaing oleh para
karyawan lain yang ber-IQ relatif lebih rendah namun lebih berani menghadapi
masalah dan bertindak. Mengapa sampai seperti itu?. Dalam bukunya berjudul Adversity
Quotient: Turning Obstacles into Opportunities, Paul Stoltz memerkenalkan
bentuk kecerdasan yang disebut adversity quotient (AQ). Menurutnya, AQ adalah
bentuk kecerdasan selain IQ, SQ, dan EQ yang ditujukan untuk mengatasi
kesulitan. AQ dapat digunakan untuk menilai sejauh mana seseorang ketika
menghadapi masalah rumit. Dengan kata lain AQ dapat digunakan sebagai indikator
bagaimana seseorang dapat keluar dari kondisi yang penuh tantangan. Ada tiga
kemungkinan yang terjadi yakni ada karyawan yang menjadi kampiun, mundur di
tengah jalan, dan ada yang tidak mau menerima tantangan dalam menghadapi
masalah rumit (tantangan) tersebut.Katakanlah dengan AQ dapat dianalisis
seberapa jauh para karyawannya mampu mengubah tantangan menjadi peluang.
Kembali kepada Stolz, dia mengumpamakan ada tiga
golongan orang ketika dihadapkan pada suatu tantangan pendakian gunung. Yang
pertama yang mudah menyerah (quiter) yakni dianalogikan sebaga karyawan
yang sekedarnya bekerja dan hidup. Mereka tidak tahan pada serba yang berisi
tantangan.Mudah putus asa dan menarik diri di tengah jalan.Golongan karyawan
yang kedua (camper) bersifat banyak perhitungan.Walaupun punya keberanian
menghadapi tantangan namun dengan selalu memertimbangkan resiko yang bakal
dihadapi. Golongan ini tidak ngotot untuk menyelesaikan pekerjaan karena
berpendapat sesuatu yang secara terukur akan mengalami resiko. Sementara
golongan ketiga (climber) adalah mereka yang ulet dengan segala resiko yang
bakal dihadapinya mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.
AQ dapat dipandang sebagai ilmu yang menganalisis
kegigihan manusia dalam menghadapi setiap tantangan sehari-harinya.Kebanyakan
manusia tidak hanya belajar dari tantangan tetapi mereka bahkan meresponnya
untuk memeroleh sesuatu yang lebih baik.Dalam dunia kerja, karyawan yang ber-AQ
semakin tinggi dicirikan oleh semakin meningkatnya kapasitas, produktivitas,
dan inovasinya dengan moral yang lebih tinggi.Sebagai ilmu maka AQ dapat
ditelaah dari tiga sisi yakni dari teori, keterukuran, dan metode. Secara
teori, AQ menjelaskan mengapa beberapa orang lebih ulet ketimbang yang lain.
Dengan kata lain apa, mengapa dan bagaimana mereka berkembang dengan baik
walaupun dalam keadaan yang serba sulit. Dalam konteks pengukuran, AQ bisa
digunakan untuk menentukan atau menseleksi para pelamar dan juga untuk
mengembangkan daya kegigihan karyawan.Sebagai metode, AQ dapat dikembangkan
untuk meningkatkan kinerja, kesehatan, inovasi, akuntabilitas, focus, dan
keefektifitasan karyawan.
Beberapa perusahaan di dunia seperti FedEx, HP,
Procter & Gamble, Marriott, Sun Microsystems, Deloitte & Touche, and 3M
telah memanfaatkan model AQ ini.Dengan AQ mereka mampu mengatasi permasalahan
bisnis dan kinerja karyawan. Antara lain dengan solusi AQ mereka melakukan
program-program memerluas kapasitas karyawan dengan lebih efektif,
mengembangkan kepemimpinan yang ulet atau gigih, menciptakan perilaku gigih
dalam suatu tim kerja, memercepat perubahan dan menjadikan AQ sebagai salah
satu komponen budaya korporat, memerkuat moral dan mengurangi kelemahan
karyawan, meningkatkan mutu modal manusia dan mendorong inovasi, dan memerbaiki
pelayan pada pelanggan dan penjualan.
5.
Perbedaan IQ, EQ dan SQ
Perbedaan antara IQ, EQ dan SQ dapat dilihat dalam tabel berikut:
Sudut pandang/Aspek
|
Sudut pandang/Aspek
|
IQ
|
EQ
|
SQ
|
Al-Qur’an
|
‘Aql
|
Qalb
|
Ruh
|
Psikologi
Modern
|
Mind
|
Body
|
Soul
|
Produk
Kecerdasan
|
Rasional
|
Emosional
|
Spiritual
|
Gambaran
|
What
I Think?
|
What
I Feel?
|
Who
am I?
|
Keunggulan
|
Logis,
akurat, dapat dipercaya
|
Mengenal
nuansa, berinteraksi dan berkembang melalui pengalaman
|
Fleksibel,
melakukan kontekstualisasi, memberi makna dan true happines
|
5.1. Eksistensi IQ, EQ dan SQ
5.1.1.
Eksistensi IQ
Di dalam
Al-Qur’an, kecerdasan intelektual dapat dihubungkan dengan beberapa kata kunci
seperti kata aql yang terulang sebanyak 49 kali dan tidak pernah
digunakan dalam bentuk kata benda (ism) tetapi hanya digunakan dalam bentuk
kata kerja (fi’il), yaitu bentuk fi’il madli sekali dan bentuk fi’il mudlari’
48 kali. Penggunaan kata ‘aql dalam ayat-ayat tersebut pada umumnya digunakan
untuk menganalisis fenomena hukum alam sebagai tanda kebesaran Allah (seperti
Q.S. al-Baqarah:164).
164.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan
siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan
apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia
hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala
jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan
bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum
yang memikirkan.
Selain kata ‘aql
juga dapat dihubungkan dengan predikat orang-orang yang mempunyai kecerdasan
intelektual seperti kata (orang-orang yang mempunyai pikiran) yang terulang
sebanyak 16 kali. Seorang yang mencapai predikat ul al-bab belum tentu memiliki
kecerdasan emosional atau kecerdasan spiritual, karena masih ditemukan beberapa
ayat yang menyerukan kepada kaum ul al-bab untuk bertakwa kepada Allah Swt
(Q.S.al-Maidah:100)
100.
Katakanlah: "tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya
yang buruk itu menarik hatimu, Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang
berakal, agar kamu mendapat keberuntungan."
Namun, ul al-bab
juga dapat digunakan bagi pemilik IQ yang sudah menyadari akan adanya
kekuatan-kekuatan yang lebih tinggi di balik kemampuan akal pikiran (Q.S.
al-Baqarah: 269).
269. Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam
tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan
Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahikarunia
yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil
pelajaran (dari firman Allah).
Dan masih banyak
lagi istilah yang mengisyaratkan aktifitas kecerdasan intelektual kesemuanya
itu dapat disimpulkan bahwa ontologi akal hanya terbatas pada obyek-obyek yang
dapat diindera, kepada obyek-obyek yang bersifat metafisik.
Penguasaan
kecerdasan intelektual bukan jaminan untuk memperoleh kualitas iman atau
kualitas spiritual yang lebih baik, karena terbukti banyak orang yang cerdas
secara intelektual tetapi tetap kufur terhadap Tuhan. Hal ini juga ditegaskan
di dalam Q.S.al-Baqarah:75:
Apakah kamu
masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka
mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya,
sedang mereka mengetahui?
Ayat ini
mengisyaratkan bahwa bahwa kecerdasan intelektual terkadang digunakan untuk
meligitimasi kekufuran.Padahal, idealnya kecerdasan intelektual digunakan untuk
memperoleh kecerdasan-kecerdasan yang lebih tinggi. Seorang ilmuan yang arif
tidak berhenti pada level kecerdasan intelektual tetapi melakukan sinergi
dengan kecerdasan-kecerdasan yang lebih tinggi.
5.1.2 Eksistensi EQ
Eksistensi
kecerdasan emosional dijelaskan dengan begitu jelas di dalam beberapa ayat
berikut ini (Q.S.al-Haj:46):
maka apakah
mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu
mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat
mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta,
ialah hati yang di dalam dada.
(Q.S.al-Jatsiyah/45:23)
Maka pernahkah
kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah
membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati
pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka
siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat).
Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
Ayat-ayat tersebut
di atas cukup jelas menggambarkan kepada kita bahwa faktor kecerdasan emosional
ikut serta menentukan eksistensi martabat manusia di depan Tuhan. Menurut
S.H.Nasr, emosi inilah yang menjadi faktor penting yang menjadikan manusia
sebagai satu-satunya makhluk eksistensialis, yang bisa turun-naik derajatnya di
mata Tuhan. Binatang tidak akan pernah meningkat menjadi manusia dan malaikat tidak
akan pernah “turun” menjadi manusia karena mereka tidak memiliki unsur kedua
dan unsur ketiga seperti yang dimiliki manusia.
5.1.3 Eksistensi
SQ
Kecerdasan
spiritual (SQ) berkaitan langsung dengan unsur ketiga manusia.Seperti telah
dijelaskan terdahulu bahwa manusia mempunyai substansi ketiga yang disebut
dengan roh. Keberadaan roh dalam diri manusia merupakan intervensi langsung
Allah Swt tanpa melibatkan pihak-pihak lain, sebagaimana halnya proses
penciptaan lainnya. Hal ini dapat difahami melalui penggunaan redaksional ayat
sebagai berikut:
Maka apabila
Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh
(ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. (Q.S.al-Hijr/15:29)
Ayat tersebut di atas menggunakan kata (dari ruh-Ku) , bukan kata (dari
roh Kami) sebagaimana lazimnya pada penciptaan makhluk lain. Ini mengisyaratkan
bahwa roh yang ada dalam diri manusia itulah yang menjadi unsur ketiga (roh)
dan unsur ketiga ini pula yang menyebabkanseluruh makhluk harus sujud
kepada Adam. Ini menggambarkan seolah-olah ada obyek sujud lain selain Allah.
Unsur ketiga ini pula yang mem-backup manusia sebagai khalifah (representatif)
Tuhan di bumi.
Kehadiran roh atau
unsur ketiga pada diri seseorang memungkinkannya untuk mengakses kecerdasan
spiritual. Namun, upaya untuk mencapai kecerdasan itu tidak sama bagi setiap
orang. Seorang Nabi atau wali tentu lebih berpotensi untuk mendapatkan
kecerdasan ini, karena ia diberikan kekhususan-kekhususan yang lebih dibanding
orang-orang lainnya. Namun tidak berati manusia biasa tidak bisa mendapatkan
kecerdasan ini.
SQ sulit sekali diperoleh tanpa kehadiran EQ, dan EQ tidak dapat
diperoleh tanpa IQ.Sinergi ketiga kecerdasan ini biasanya disebut multiple
intelligences yang bertujuan untuk melahirkan pribadi utuh (“al-insan al-kamilah). Untuk penyiapan
SDM di masa depan, internalisasi ketiga bentuk kecerdasan ini tidak dapat
ditawar lagi.
5.2 Aplikasi Penerapan IQ, SQ, EQ dan AQ
Pendidikan yang
baik tidak hanya memberikan nilai-nilai raport (atau IP) yang baik, tetapi juga
harus memberikan skill of lifa (ketrampilan hidup).Pendidikan harus
memungkinkan anak didik hidup secara baik dan benar dalam sekolah kehidupan.
Setidaknya ada 4
ketrampilan yang harus dimiliki untuk dapat sukses dalam kehidupan: 1)
ketrampilan berfikir rasional-kreatif atau problem solving skill, 2)
ketrampilan mengelola emosi untuk emosional maturity, 3) ketrampilan
mendapatkan makna hidup (spiritual life meaning) dalam semua peristiwa,
dan 4) ketrampilan mengelola fisik yang dinamis atau physical fitness.
Tanpa ketrampilan-ketrampilan ini, anak didik biasanya Cuma akan menjadi robot
dari penjara yang bernama sekolah. Jika dicermati baik-baik dan diaplikasikan
dalam pengelolaan kelas, hasil pengajaran akan jauh lebih optimal. Pendidikan
tidak akan bisa dipisahkan dari pengelolaan otak. Sekedar contoh, penerapan
kelas akselerasi di sekolah-sekolah kurang sempurna memahami dinamika otak
manusia.Anak-anak dilatih untuk mengembangkan kemampuan rasional-kalkulatif,
tetapi hampir melupakan hukum simbiosis otak manusia yang menekankan
pada pematangan emosi.Kemungkinan besar, kelas akselerasi bakal melahirkan
anak-anak ber-IQ sangat tinggi, tetapi dengan kematangan emosi-spiritual (EQ)
yang rendah.
Roger Sperry, ahli
sarat yang mendapat hadiah nobel 1982, menemukan bahwa ternyata dalam satu
kepala manusia ada dua otak, dan karena itu, ada dua pikiran (sebut saja
rasional dan intuitif). Walaupun semula ditemukan melaului orang-orang yang
dibedah otaknya, penelitian kemudianmembuktikan bahwa memang kedua belah otak
itu berpikir dengan cara yang berbeda.
Otak kiri
berkaitan dengan kegiatan-kegiatan rasional, analitis, bahasa, dan matematis.
Orang yang dominan otak kirinya un=mumnya adalah mereka yang mempunyai
kemampuan matematika dan bahasanya sangat bagus. Biasanya, orang-orang dengan
otak kiri yang baik dianggap sebagai anak-anak yang pintar di sekolahnya.Nilai
rapor, IP, dan IQ mereka umumnya bagus-bagus.
Sedangkan otak
kanan berkaitan dengan berpikir intuitif, sintesis dan estetis.Orang dengan
dominasi otak kanan tampak seperti filosofis atau seniman.Mereka cenderung
“terasing” dalam kehidupan yang dikuasai oleh otak kiri.Mereka dianggap bodoh
karena tidak cocok dengan pendidikan matematika dan bahasa.Walapun demikian,
biasanya mereka adalah orang-orang yang kreatif.
Teori Multiple Intelligences menyatakan bahwa kecerdasan meliputi delapan
kemampuan intelektual.Teori tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa kemampuan
intelektual yang diukur melalui tes IQ sangatlah terbatas karena tes IQ hanya
menekan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa (Gardner, 2003). Padahal
setiap orang mempunyai cara yang unik untuk menyelesaikan persoalan yang
dihadapinya. Kecerdasan bukan hanya dilihat dari nilai yang diperoleh
seseorang. Kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk
melihat suatu masalah, lalu menyelesaikan masalah tersebut atau membuat sesuatu
yang dapat berguna bagi orang lain. Multiple Intelligences yang mencakup
delapan kecerdasan itu pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecerdasan
otak (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ). Semua jenis
kecerdasan perlu dirangsang pada diri anak sejak usia dini, mulai dari saat
lahir hingga awal memasuki sekolah (7 – 8 tahun).
Pola pengajaran tradisional
yang hanya menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa yang
disampaikan dalam bentuk ceramah mungkin membosankan siswa. Teori Multiple
Intelligences menyarankan beberapa cara yang memungkinkan materi pelajaran
dapat disampaikan dalam proses belajar yang lebih efektif.
Cara-cara
penyampaian materi pelajaran yang dapat digunakan oleh guru sebagai berikut:
- Kata-kata
(Linguistic Intelligence)
- Angka atau
logika (Logical -Mathematical Intelligence)
- Gambar (Visual
-Spatial Intelligence)
- Musik (Musical
Intelligence)
- Pengalaman fisik
(Bodily-Kinesthetic Intelligence)
- Pengalaman
sosial (Interpersonal Intelligence)
- Refleksi diri
(Intrapersonal Intelligence)
- Pengalaman di
lapangan (Naturalist Intelligence)
- Peristiwa (Existence
Intelligence)
Vernon A. Magnesen
(1983), (DePorter, Bobbi; Reardon, Mark; Mourie, Sarah Singer, 2000)
menjelaskan bahwa kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang
kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan
dengar, 70% dari apa yang kita katakan, 90% dari apa yang kita katakan dan
lakukan. Artinya seseorang bisa menyerap informasi paling banyak pada saat dia
melakukan atau mempraktekkan materi yang diterimanya.
Kadang-kadang kita
berpikir bahwa untuk menerapkan berbagai metode pengajaran yang berkembang
akhir-akhir ini diperlukan suatu peralatan yang canggih untuk menunjang proses
belajar. Padahal yang sebenarnya tidaklah demikian. Di dalam menerapkan
Multiple Intelligences di dalam proses pengajaran dapat dilakukan melalui
beberapa cara, di antaranya dengan menggunakan musik untuk mengembangkan
Musical Intelligence, belajar kelompok untuk mengembangkan Interpersonal
Intelligence, aktivitas seni untuk mengembangkan Visual-Soatial Intelligence,
role play untukmengembangkan Bodily-Kinesthetic Intelligence, perjalanan ke
lapangan (Field Trips) untuk mengembangkan nature Intelligence, menggunakan
Multimedia, refleksi diri untuk megembangkan Intra personal Intelligence, dan
lain-lain.
Penerapan multiple
Intelligences di dalam proses belajar mengajar tidak harus menunggu perintah
dari atasan. Guru yang mencoba menerapkan Multiple Intelligences, berinisiatif
untuk mencoba keluar dari zona nyaman agar pengajaran dapat dilakukan seefektif
mungkin dan sesuai dengan kebutuhan siswa.Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa
guru adalah orang yang langsung terlibat di lapangan yang mengetahui secara
jelas kebutuhan dan keunikan dari setiap siswa.
Upaya menerapkan
Mulitiple Intelligences bukan hanya tanggung jawab guru dan kepala sekolah
saja, tetapi pihak orang tua pun perlu dilibatkan.Kita harus bersinergi dengan
pihak orang tua. Orang tua pun memiliki andil dalam menentukan cara belajar
anaknya. Masih banyak orang tua yang memiliki pola pikir tradisional dalam
memandang kemampuan yang harus dicapai oleh anaknya.Mereka masih memandang
anaknya bodoh, jika anaknya tidak pandai dalam matematika atau bahasa.Pola
pikir orang tua seperti itu harus diubah.
Pihak sekolah
hendaknya mengadakan seminar bagi orang tua.Seminar itu menjelaskan bahwa
kecerdasan anak bukan hanya dipandang dari kemampuan matematika dan bahasa,
melainkan masih banyak kemampuan lainnya yang dapat dikembangkan sesuai dengan
keunikan anak.Jika pandangan baru ini diberikan kepada orang tua, diharapkan
setiap orang tua dapat mendukung pihak sekolah untuk mengembangkan Multiple
Intelligences.Salah satu bentuk peran serta orang tua dalam pengembangan
Multiple Intelligences adalah dengan tidak memaksakan anak untuk hanya
menguasai kemampuan matematika dan bahasa, tetapi mereka pun dapat membimbing
dan mengarahkan anaknya sesuai dengan keunikannya masing-masing.
Upaya untuk
mengintegrasikan ketiga potensi kecerdasan tersebut melalui proses pembelajaran
tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan setiap peserta didik memiliki kekhasan
masing-masing. Latar belakang ekonomi, lingkungan sosial, bakat, minat,
pengetahuan serta motivasi antara satu murid dengan murid yang lain tidaklah
selalu sama, bahkan cenderung berbeda.
Oleh karena itu, diperlukan sebuah pendekatan yang mampu memahami
karakteristik peserta didik sehingga lingkungan sekolah benar-benar dapat
memberi kesempatan bagi pengembangan potensi peserta didik agar mencapai titik
maksimal. Selain itu, diperlukan juga kreatifitas dan inovasi dari pendidik
agar proses pembelajaran tidak menjemukan yang tentu saja akan berpengaruh pada
prestasi peserta didik tetapi menyenangkan (enjoyful learning) (EQ), bermakna
(meaningful learning) (SQ), dan menantang atau problematis (problematical
learning) (IQ). Dengan pembelajaran seperti ini diharapkan tercipta
manusia-manusia pembelajar yang selalu tertantang untuk belajar (learning to
do, learning to know) (IQ), learning to be (SQ), dan learning to live together
(EQ), serta selalu memperbaiki kualitas diri-pribadi secara terus-menerus,
hingga pada akhirnya dapat diperoleh aktualisasi diri yang sesungguhnya (real
achievement).
DAFTAR PUSTAKA
http://transit-transit.blogspot.com/2009/04/iq-eq-sq.html.
Diakses pada tanggal 18 Desember 2012
http://republika.co.id:8080/berita/29676/Isyarat_isyarat_IQ_EQ_dan_SQ_dalam_Al_Qur_an.
Diakses Tanggal 18 Desember 2012
http://www.sekolahdasar.net/2009/10/kecerdasan-intelektual-iq-kecerdasan.html.
Diakses pada Desember 2012
Daniel Goleman,”Kecerdasan
Emosional” (Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 1996)
Abdul Wahid
Hasan, “SQ Nabi” (Yogyakarta: IRCiSoD, 2006)
Ary Ginanjar Agustian, ESQ,
Jakarta, Penerbit Arga, 2002, Cet. 7,
Husnaini, A, “Makalah: Keseimbangan IQ, EQ,
dan SQ Dalam Perspektif Islam”,
M. Darwis Hude, “Emosi”,
(Jakarta: Erlangga, 2006)
Nasarudin Umar, “Kata
Pengantar dalam buku Emosi”, (Jakarta: Erlangga, 2006)
Nasaruddin Umar. 2009.
“Isyarat-Isyarat IQ, EQ dan SQ dalam Al-Qur’an”.
Taufiq Pasiak, “Manajemen
Kecerdasan: Memberdayakan IQ, EQ, SQ untuk Kesuksesan Hidup”. (Bandung: PT
Mizan, 2006)
Handy Susanto, “Penerapan
Multiple Intelligences dalam Sistem Pembelajaran” Jurnal Pendidikan Penabur
- No.04/ Th.IV/ Juli 2005