Minggu, 23 Desember 2012

MATERI IQ,EQ,SQ,dan AQ


1. Intellegensi Quotien (IQ)
1.1 DEFINISI  IQ
Menurut David Wechsler, intellegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah,  berfikir secara rasional, dan memahami lngkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat kita simpulkan bahwa intellegensi adalah sebuah kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir secara rasional. Oleh karena itu, intellegensi tidak bisa diamati secara langsung melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berfikir rasional itu. Sedangkan IQ singkatan dari (Intelligence Quotient) adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat test kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.
Intelligence Quotientatau yang biasa disebut dengan IQ merupakan istilah dari pengelompokan kecerdasan manusia, kecerdasan ini pertama kali ditemukan pada sekitar tahun 1905 oleh Alfred Binnet ahli psikologi dari Prancis, digunakan sebagai pengukur kualitas seseorang pada masanya saat itu, dan kemudian berkembang luas sampai ke pelosok dunia. Bahkan untuk masuk ke Militer pada saat itu, hanya yang ber-IQ yang menentukan tingkat  keberhasilan dalam penerimaan untuk masuk ke Militer.
Inti dari kecerdasan ini ialah aktifitas otak, Kecerdasan ini terletak pada otak bagian cortex (Kulit Otak), dimana kecerdasan inilah yang memberikan kita kemampuan berhitung, beranalogi, berimajinasi dan memiliki daya kreasi serta inovasi. Atau lebih tepatnya diungkapkan oleh para psikologis dengan “What I Think”. Menurut penelitian, IQ atau daya tangkap seseorang dapat di tentukan sejak anak usia 3 tahun, daya tangkap sangat dipengaruhi oleh keturunan (genetic) yang dibawanya dari keluarga ayah dan ibu disamping factor gizi makanan yang cukup.
IQ atau daya tangkap ini dianggap tidak akan berubah sampai dewasa, kecuali bila ada sebab kemunduran fungsi otak seperti penuaan dan kecelakaan. IQ yang tinggi memudahkan seseorang belajar dan memahami berbagai bidang ilmu.



Rumus kecerdasan umum yang di tetapkan oleh para ilmuwan adalah:
            Usia mental anak   X 100 = IQ
            Usia sesungguhnya

Contoh : Misal anak pada usia 3 tahun telah punya kecerdasan anak-anak yang rata-rata   baru bisa berbicara seperti anak usia 4 tahun. Inilah yang disebut dengan usia mental. Berarti IQ si anak adalah : 4/3 x 100 = 133.

Interpretasi atau penafsiran dari IQ adalah sebagai berikut:
TINGKAT KECERDASAN
IQ
GENIUS
Di atas 140
SANGAT SUPER
120 - 140
SUPER
110 – 120
NORMAL
  90 -  110
BODOH
  80 -  90
PERBATASAN
  70 – 80
MORON / DUNGU
  50 – 70
IMBECILE
  25 – 50
IDIOT
    0 -  25









1.2 CARA MENINGKATKAN IQ

http://1.bp.blogspot.com/_PJDQXdI3UkY/S9hEvV45ZXI/AAAAAAAAAFQ/mSl4vO6As20/s200/apakah+IQ+itu.gif
Kecerdasan dapat dibagi dua yaitu, kecerdasan umum atau biasa disebut factor-g, maupun kecerdasan spesifik. Akan tetapi pada dasarnya kecerdasan dapat di pilah-pilah .
Berikut ini pembaguan sfesifikasi kecerdasan menurut L.L. Thurstone :
Ø  Pemahaman dan kemampuan verbal
Ø  Angka dan hitungan
Ø  Kemampuan visual
Ø  Daya ingat
Ø  Penalaran
Ø  Kecepatan perceptual
Skala Wechsler yang umum dipergunakan untuk mendapatkan taraf kecerdasan, membagi kecerdasan menjadi dua kelompok besar yaitu: Kemampuan Kecerdasan Verbal (VIQ) dan Kemampuan Kecerdasan Tampilan (PIQ).
Menurut para ahli  IQ (Intelligence Quotient), dapat ditingkatkan dengan latihan sederhana dan mengubah kebiasaan –kebiasaan tertentu. Yakni dengan cara sebagai berikut :
1.      LATIHAN PERNAPASAN DALAM
Pernapasan dalam meningkatkan aliran darah dan oksigen ke otak, juga merilekskan kita sehingga meningkatkan fungsi efektif otak. Cara melakukannya mudah, pejamkan mata dan tarik nafas lewat hidung, sehingga paru-paru di penuhkan sampai kapasitasnya, lalu hembuskan secara perlahan.
Saat melakukan pernapasan dalam, hilangkan semua pikiran yang masuk kedalam kepala anda, coba jangan pikirkan apapun kecuali efek penenangan dan perileksan dari syaraf dan tubuh. Cara ini sangat berguna dan efektif untuk menyelesaikan masalah secara kreatif.
Ketika anda selesai melakukan latihan yang hanya perlu waktu 2 sampai 4 menit ini kemampuan anda untuk menyelesaikan masalah akan meningkat paling sedikit 80 %. Pikiran akan merasa jernih dalam sekejap jika dilakukan hanya 5 kali berturut-turut, anda juga akan lebih bisa mengkoordinasikan pikiran dan pemikiran sehingga menjadi lebih jelas.

2.      JAGA POSTUR TUBUH
Postur tubuh daoat menentukan seberapa baik anda berfungsi. Berdiri bungkuk dan mulut terbuka mengurangi kemampuan berfikir jernih. Untuk membuktikan hal ini’ coba duduk membungkuk dengan mulut terbuka sambil menyelesaikan soal matematika didalam pikiran. Kemungkinan anda tidak bisa menyelesaikan  masalah tersebut secara cepat dan tidak bisa berfikir secara jernih.
Lakukan olahraga untuk membantu meningkatkan aliran darah ke otak. Aerobic atau olahraga apa saja dapat memberikan pengaruh fositif dan memberikan khasiat ini.
3.      PERHATIKAN MAKANAN
Jangan makan segala sesuatu yang mengandung gula sederhana secara berlebihan semua karbohidrat sederhana  jika dimakan dalam jumlah yang banyak, secara umum dapat membuat lelah yang bukan hanya membuat anda lamban dalam berfikir, tapi juga membuat lamban secara fisik.






1.3  HAL - HAL YANG MENYEBABKAN IQ MENURUN
http://img.carapedia.com/images/article/otak%20lucu.jpg
Semua orang termasuk anda pasti sudah mengetahui kalau otak merupakan salah satu bagian terpenting dalam organ tubuh manusia yang berguna untuk menyimpan memori, berfikir dan pusat saraf sensorik dan motorik pada organ tubuh anda.
Sayangnya, sampai saat ini otak belum dapat diobati bila mengalami kerusakaan, oleh sebab itu sebaiknya anda mulai merawat otak anda dengan tidak melakukan beberapa hal yang menyebabkan kerusakan pada otak di bawah ini.
  1. Bekas botol mineral
Mungkin sebagian dari anda mempunyai kebiasaan memakai ulang botol plastic dari air mineral seperti Aqua, Ades dan sebagainya sebagai cadangan air yang anda minum sahari-hari.
Bila iya, sebaiknya anda mulai menghentikan kebiasaan ini karena bahan plastic dari botol atau disebut juga polyethylene terephthalate atau PET yang dipakai oleh botol-botol ini mengandung zat-zat karsinogen atau DEHA yang berbahaya bagi tubuh anda.
Jadi, sebenarnya botol bekas ini hanya aman untuk dipakai 1-2 kali saja, jika anda ingin memakainya lebih lama, botol harus ditempatkan di tempat yang sejuk dan jauh dari sinar matahari, itupun tidak boleh lebih dari seminggu. Karena kebiasaan mencuci ulang botol bekas akan membuat lapisan plastik rusak dan zat karsinogen akan masuk tercampur dengan air yang anda minum. Jadi sebaiknya anda membeli botol air minum yang memang khusus untuk dipakai berulang-ulang.


  1. Sate
Kalau anda gemar makan sate, jangan lupa untuk mengkonsumsi ketimun sesudahnya, karena ketika anda makan sate sebetulnya anda juga ikut memakan karbon hasil pembakaran arang yang dapat menyebabkan kanker dan mengakibatkan sel-sel pada otak tidak berkembang sehingga pada akhirnya anda akan susah berkonsentrasi. Untuk itu, disarankan anda mengkonsumsi ketimin yang mempunyai anti karsinogen yang baik untuk menghalau karsinogen yang terdapat pada sate yang anda makan.
  1. Udang dan vitamin C
Jangan pernah memakan udang setelah anda mengkonsumsi vitamin C, karena akan menyebabkan anda keracunan dari racun Arsenik (As) yang merupakan proses reaksi dari udang dan vitamin C.
Nah, makanya mengkonsumsi udang dan vitamin C secara bersamaan akan mengakibatkan sel-sel stimulus otak menjadi gampang terganggu, dan pada akhirnya akan menyebabkan kebodohan karena IQ menjadi turun.
  1. Mie instan
Untuk penggemar instan, pastikan anda mempuanyai selang waktu paling tidak tiga hari setelah anda mengkonsumsi mie instan, jika anda akan memakan lagi. Dari informasi kedokteran, terdapat kandungan lilin yang melapisi mie instan, itulah sebabnya mie instan tidak lengket satu sama lainnya ketika dimasak. Mengkonsumsi mie instan setiap hari akan meningkatkan kemungkinan seseorang terjangkiti kanker.
  1. Bahaya dibalik kemasan makanan
Kemasan makanan merupakan bagian dari makanan yang sehari-hari anda konsumsi. Bagi sebagian besar orang, kemasan makanan hanya sekadar bungkus makanan dan cenderung dianggap sebagai pelindung makanan. padahal sebetulnya, tidak tepat begitu, namun tergantung jenis bahan kemasan.

Oleh sebab itu sebaiknya mulai sekarang anda harus cermat dalam memiliki kemasan makanan. hindari kemasan pada makanan yang mempunyai fungsi untuk mengawetkan, menyeragamkan dan kemasan yang bersentuhan langsung dengan makanan yang akan anda konsumsi.
  1. Kopi
Biasakan untuk tidak mengkonsumsi kopi secara berlebihan, karena hal ini akan menganggu sistem otak. Beberapa ilmuwan menganjurkan untuk meminum kopi maksimal hanya 3 gelas perhari, itupun yang berukuran cangkir kecil.
  1. Tidak sarapan
Banyak orang yang menyepelekan sarapan di pagi hari, padahal tidak mengkonsumsi apapum di pagi hari akan menyebabkan turunnya kadar gula di dalam darah. Hal ini akan berakibat pada kurangnya masukan nutrisi pada otak yang berakhir pada kemunduran sistem otak.
  1. Makan berlebihan
Kemudian, bila anda terlalu banyak makan ternyata juga berbahaya bagi otak anda karena akan mengeraskan pembuluh darah di otak yang biasanya berfungsi untuk kekuatan mental anda. Bila pembuluh darah anda sudah mengeras, biasanya akan berakibat dengan turunnya kekuatan mental pada tubuh anda. Jadi biasakanlah untuk menahan diri dengan cara berhenti makan sebelum anda kekenyangan.
  1. Merokok
Inilah alasana mengapa bangsa Yahudi terkenal jenius, karena mereka tidak merokok walaupun mereka merupakan bangsa penghasil rokok. Fakta membuktikan kalau rokok mempunyai efek buruk pada otak yaitu menyusutnya volume otak secara berlahan-lahan.


  1. Kurang tidur
Tidur memberikan kesempatan pada otak anda untuk beristirahat, jadi jika anda sering melalaikan tidur, akan membuat sel-sel pada otak anda mati kelelahan. Jadi biasakan untuk tidur minimal 6-8 jam dalam sehari agar badan anda sehat dan bugar.
  1. Terlalu lama menggunakan ponsel
Ya, apabila anda menggunakan ponsel dalam waktu yang terlalu lama akan menyebabkan kerusakan pada otak karena gelombang elektrimagnetik yang ditimbulkan oleh HP dapat mempengaruhi perkembangan otak. Oleh sebab itu disarankan untuk menggunakan handsfree atau headset jika anda menerima telepon cukup lama.





















2. Emotional Quotient (EQ)

Adalah Daniel Goleman (1999), salah seorang yang mempopulerkan jenis kecerdasan manusia lainnya yang dianggap sebagai faktor penting yang dapat mempengaruhi terhadap prestasi seseorang, yakni Kecerdasan Emosional, yang kemudian kita mengenalnya dengan sebutan Emotional Quotient (EQ). Goleman mengemukakan bahwa kecerdasan emosi merujuk pada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.

Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Dengan kata lain, EQ adalah serangkaian kecakapan untuk melapangkan jalan di dunia yang penuh liku-liku permasalahan-permasalahan sosial. Substansi dari kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan dan memahami untuk kemudian disikapi secara manusiawi.Orang yang EQ-nya baik, dapat memahami perasaan orang lain, dapat membaca yang tersurat dan yang tersirat, dapat menangkap bahasa verbal dan non verbal.

Antara otak dan emosi memiliki hubungan yang fungsional yang saling menentukan antara satu dan lainnya. Penelitian Rappaport di tahun 1970-an menyimpulkan bahwa emosi tidak hanya diperlukan dalam penciptaan ingatan, tetapi emosi adalah dasar dari pengaturan memori. Orang tidak akan pernah mencapai kesuksesan dalam bidang apapun kecuali mereka senang menggeluti bidang itu. Jadi untuk mengoptimalkan kecerdasan intelektual yang biasa disebut dengan accelerated learning, tidak dapat dicapai tanpa bantuan aktifitas emosional yang positif.

Di dunia Islam kajian atas “emosi” bukanlah barang baru.Al-Qur’an dan Hadits banyak sekali menyinggung tentangnya.Di dalam Al-Qur’an, aktifitas kecerdasan emosional seringkali dihubungkan dengan kalbu. Oleh karena itu, kata kunci utama EQ di dalam Al-Qur’an dapat ditelusuri melalui kata kunci (qalbu) dan tentu saja dengan istilah-istilah lain yang mirip dengan fungsi kalbu seperti jiwa , intuisi, dan beberapa istilah lainnya.

Jenis-jenis dan sifat-sifat qalbu (qalb) dalam Al-Qur’an dapat dikelompokkan sebagai berikut:
* Kalbu yang positif :
1. Kalbu yang damai (Q.S. al-Syura/26:89).
2. Kalbu yang penuh rasa takut (Q.S.Qafl50:33)
3. Kalbu yang tenang (Q.S. al-Nahl/16:6)
4. Kalbu yang berfikir (Q.S.al-Haj/2:46)
5. Kalbu yang mukmin (Q.S.al-Fath/48:4)

* Kalbu yang Negatif:
1.Kalbu yang sewenang-wenang (Q.S. Gafir/40:35)
2.Kalbu yang sakit (Q.S. al-Ahdzab/33:32)
3.Kalbu yang melampaui batas (Q.S.Yunus/10:74)
4. Kalbu yang berdosa (Q.S.al-Hijr/15:12)
5. Kalbu yang terkunci, tertutup (Q.S.al-Baqarah/2:7)
6. Kalbu yang terpecah-pecah (Q.S.al-Hasyr/59:14)

Kalau qalb di atas dapat diartikan sebagai emosi maka dapat difahami adanya emosi cerdas dan tidak cerdas.Emosi yang cerdas dapat dilihat pada sifat-sifat emosi positif dan emosi yang tidak cerdas pada sifat-sifat emosi negatif.

Kecerdasan Emosi dapat diukur dari beberapa aspek-aspek yang ada. Goleman mengemukakan lima kecakapan dasar dalam kecerdasan Emosi, yaitu:

a. Mengenali emosi diri

Merupakan kemampuan sesorang untuk mengetahui perasaan dalam dirinya dan efeknya serta menggunakannya untuk membuat keputusan bagi diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis, atau kemampuan diri dan mempunyai kepercayaan diri yang kuat lalu mengkaitkannya dengan sumber penyebabnya.




b. Mengelola emosi

Yaitu merupakan kemampuan menangani emosinya sendiri, mengekspresikan serta mengendalikan emosi, memiliki kepekaan terhadap kata hati, untuk digunakan dalam hubungan dan tindakan sehari-hari.

c. Memotivasi diri sendiri
Motivasi adalah kemampuan menggunakan hasrat untuk setiap saat membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang lebih baik serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif, mampu bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.

d. Empati 'atau mengenali emosi orang lain

Empati merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif orang lain, dan menimbulkan hubungan saling percaya serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe individu

e. Membina hubungan

Merupakan kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan menciptakan serta mempertahankan hubungan dengan orang lain, bisa mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan dan bekerja sama dalam tim.
Goleman berpendapat bahwa EQ bisa melengkapi kelemahan dan kekurangan kecerdasan IQ. Bahkan dalam hubungan bisnis dan komunikasi dengan orang lain, keceerdasan EQ lebih berfungsi dibandingkan kecerdasan IQ. Hal ini karena EQ ini bisa membantu seseorang untuk menciptakan asosiasi antar berbagai hal, misalnya antara rumah dan kenyamanan, anatara ibu dan cinta, dan lain-lain.Jadi pemikiran asosiatif ini mendasari sebagaian besar keceerdasan emosional.



3.     Spiritual Quotient (SQ)

Di akhir abad ke-20 (1999-an), Danah Zohar dan Ian Marshall melalui penelitian ilmiahnya menemukan kecerdasan lain, kecerdasan ketiga, yang disebut-sebut sebagai the ultimatte intelligence (kecerdasan tertinggi), yaitu SQ (Spiritual Quotient).Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yakni kecerdasan untuk menempatkan perilakudan hidup dalam konteks makna yang lebih luas. Kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibanding dengan yang lain. Dapat juga dikatakan bahwa kecerdasan spiritual merupakan kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah- langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah dalam upaya menggapai kualitas hanif dan ikhlas.SQ adalah suara hati Ilahiyah yang memotivasi seseorang untuk berbuat atau tidak berbuat.

Kalau EQ berpusat di hati, maka SQ berpusat pada "hati nurani" (Fuad/dhamir).Kebenaran suara fuad tidak perlu diragukan. Sejak awal kejadiannya, "fuad" telah tunduk kepada perjanjian ketuhanan " Bukankah Aku ini Tuhanmu ?" Mereka menjawab :" Betul (Engkau Tuhan kami ), kami bersaksi "( al-A'raaf,7:172 ). Di samping itu, secara eksplisit Allah SWT menyatakan bahwa penciptaan Fuad/ al-Af’idah selaku komponen utama manusia terjadi pada saat manusia masih dalam rahim ibunya (al-Sajadah,32:9). Tentunya ada makna yang tersirat di balik informasi Allah tentang saat penciptaan fuad karena Sang Pencipta tidak memberikan informasi yang sama tentang waktu penciptaan akal dan qalbu. Isyarat yang dapat ditangkap dari perbedaan tersebut adalah bahwa kebenaran suara fuad jauh melampaui kebenaran suara akal dan qalbu .
IQ digambarkan sebagai “What I think?“, EQ “What I Feel”, dan SQ adalah kemampuan menjawab “Who I am“. Siapa saya? Dan untuk apa saya diciptakan. Tuhan Maha Adil, sebenarnya kita memiliki semua kecerdasan ini tetapi tidak pernah kita asah bahkan kita munculkan. Untuk menjadi seorang pribadi yang sukses kita harus mampu menggabungkan dan mensinergikan IQ, EQ, dan SQ. Ilmu tanpa hati adalah buta, sedangkan ilmu tanpa hati dan jiwa adalah hampa. Ilmu, hati, dan jiwa yang bersinergi itulah yang memberikan makna.
Sebagai pribadi, salah satu tugas besar dalam hidup ini adalah berusaha mengembangkan segenap potensi (fitrah) kemanusiaan yang kita miliki, melalui upaya belajar/ learning to do, learning to know (IQ), learning to live together (EQ) dan learning to be (SQ) serta berusaha untuk memperbaiki kualitas diri pribadi secara terus-menerus, hingga pada akhirnya dapat diperoleh aktualisasi diri dan prestasi hidup yang sesungguhnya (real achievement).
Pemilik IQ tinggi bukan jaminan untuk meraih kesuksesan.Seringkali ditemukan pemilik IQ tinggi tetapi gagal meraih sukses; sementara pemilik IQ pas-pasan meraih sukses luar biasa karena didukung oleh EQ. Mekanisme EQ tidak berdiri sendiri di dalam memberikan kontribusinya ke dalam diri manusia tetapi intensitas dan efektifitasnya sangat dipengaruhi oleh unsur kecerdasan ketiga (SQ).













4.      ADVERSITY QUOTIENT (AQ)
Adalah bentuk kecerdasan seseorang untuk dapat bertahan dala menghadapi kesulitan – kesulitan dan mampu mengatasi tantangan hidup. Paul G Stoltz dalam Adversity Quotient membedakan tiga tingkatan AQ dalam masyarakat :
  1. Tingkat quitrers ( orang yang berhenti). Quiters adalah orang yang paling lemah AQ nya. Ketika ia menghadapi berbagai kesulitan hidup ,ia berhenti dan langsung menyerah.
  2. Tingkat Campers ( Orang yang berkemah ). Campers adalah orang yang memiliki AQ sedang.Ia puas dan cukup atas apa yang telah dicapai dan enggan untuk maju lagi.
  3. Tingkat Climbers ( orang yang mendaki ). Climbers adalah orang yang memilikiAQ tinggi dengan kemampuan dan kecerdasan yang tinggi untuk dapat bertahan menghadpi kesulitan-kesulitan dan mapu mengatasi tantangan hidup.
Tidak jarang dalam dunia kerja ada sekelompok karyawan yang memiliki kecerdasan intelektual (IQ) tinggi kalah bersaing oleh para karyawan lain yang ber-IQ relatif lebih rendah namun lebih berani menghadapi masalah dan bertindak. Mengapa sampai seperti itu?. Dalam bukunya berjudul Adversity Quotient: Turning Obstacles into Opportunities, Paul Stoltz memerkenalkan bentuk kecerdasan yang disebut adversity quotient (AQ). Menurutnya, AQ adalah bentuk kecerdasan selain IQ, SQ, dan EQ yang ditujukan untuk mengatasi kesulitan. AQ dapat digunakan untuk menilai sejauh mana seseorang ketika menghadapi masalah rumit. Dengan kata lain AQ dapat digunakan sebagai indikator bagaimana seseorang dapat keluar dari kondisi yang penuh tantangan. Ada tiga kemungkinan yang terjadi yakni ada karyawan yang menjadi kampiun, mundur di tengah jalan, dan ada yang tidak mau menerima tantangan dalam menghadapi masalah rumit (tantangan) tersebut.Katakanlah dengan AQ dapat dianalisis seberapa jauh para karyawannya mampu mengubah tantangan menjadi peluang.


Kembali kepada Stolz, dia mengumpamakan ada tiga golongan orang ketika dihadapkan pada suatu tantangan pendakian gunung. Yang pertama yang mudah menyerah (quiter) yakni dianalogikan sebaga  karyawan yang sekedarnya bekerja dan hidup. Mereka tidak tahan pada serba yang berisi tantangan.Mudah putus asa dan menarik diri di tengah jalan.Golongan karyawan yang kedua (camper) bersifat banyak perhitungan.Walaupun punya keberanian menghadapi tantangan namun dengan selalu memertimbangkan resiko yang bakal dihadapi. Golongan ini tidak ngotot untuk menyelesaikan pekerjaan karena berpendapat sesuatu yang secara terukur akan mengalami resiko. Sementara golongan ketiga (climber) adalah mereka yang ulet dengan segala resiko yang bakal dihadapinya mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.
AQ dapat dipandang sebagai ilmu yang menganalisis kegigihan manusia dalam menghadapi setiap tantangan sehari-harinya.Kebanyakan manusia tidak hanya belajar dari tantangan tetapi mereka bahkan meresponnya untuk memeroleh sesuatu yang lebih baik.Dalam dunia kerja, karyawan yang ber-AQ semakin tinggi dicirikan oleh semakin meningkatnya kapasitas, produktivitas, dan inovasinya dengan moral yang lebih tinggi.Sebagai ilmu maka AQ dapat ditelaah dari tiga sisi yakni dari teori, keterukuran, dan metode. Secara teori, AQ menjelaskan mengapa beberapa orang lebih ulet ketimbang yang lain. Dengan kata lain apa, mengapa dan bagaimana mereka berkembang dengan baik walaupun dalam keadaan yang serba sulit. Dalam konteks pengukuran, AQ bisa digunakan untuk menentukan atau menseleksi para pelamar dan juga untuk mengembangkan daya kegigihan karyawan.Sebagai metode, AQ dapat dikembangkan untuk meningkatkan kinerja, kesehatan, inovasi, akuntabilitas, focus, dan keefektifitasan karyawan.
Beberapa perusahaan di dunia seperti FedEx, HP, Procter & Gamble, Marriott, Sun Microsystems, Deloitte & Touche, and 3M telah memanfaatkan model AQ ini.Dengan AQ mereka mampu mengatasi permasalahan bisnis dan kinerja karyawan. Antara lain dengan solusi AQ mereka melakukan program-program memerluas kapasitas karyawan dengan lebih efektif, mengembangkan kepemimpinan yang ulet atau gigih, menciptakan perilaku gigih dalam suatu tim kerja, memercepat perubahan dan menjadikan AQ sebagai salah satu komponen budaya korporat, memerkuat moral dan mengurangi kelemahan karyawan, meningkatkan mutu modal manusia dan mendorong inovasi, dan memerbaiki pelayan pada pelanggan dan penjualan.


5. Perbedaan IQ, EQ dan SQ
Perbedaan antara IQ, EQ dan SQ dapat dilihat dalam tabel berikut:
Sudut pandang/Aspek

Sudut pandang/Aspek

IQ
EQ
SQ
Al-Qur’an
‘Aql

Qalb

Ruh

Psikologi Modern

Mind

Body

Soul
Produk Kecerdasan

Rasional
Emosional
Spiritual
Gambaran

What I Think?

What I Feel?

Who am I?

Keunggulan

Logis, akurat, dapat dipercaya

Mengenal nuansa, berinteraksi dan berkembang melalui pengalaman

Fleksibel, melakukan kontekstualisasi, memberi makna dan true happines









5.1. Eksistensi IQ, EQ dan SQ
5.1.1. Eksistensi IQ
Di dalam Al-Qur’an, kecerdasan intelektual dapat dihubungkan dengan beberapa kata kunci seperti kata aql yang terulang sebanyak 49 kali dan tidak pernah digunakan dalam bentuk kata benda (ism) tetapi hanya digunakan dalam bentuk kata kerja (fi’il), yaitu bentuk fi’il madli sekali dan bentuk fi’il mudlari’ 48 kali. Penggunaan kata ‘aql dalam ayat-ayat tersebut pada umumnya digunakan untuk menganalisis fenomena hukum alam sebagai tanda kebesaran Allah (seperti Q.S. al-Baqarah:164).
164. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

Selain kata ‘aql juga dapat dihubungkan dengan predikat orang-orang yang mempunyai kecerdasan intelektual seperti kata (orang-orang yang mempunyai pikiran) yang terulang sebanyak 16 kali. Seorang yang mencapai predikat ul al-bab belum tentu memiliki kecerdasan emosional atau kecerdasan spiritual, karena masih ditemukan beberapa ayat yang menyerukan kepada kaum ul al-bab untuk bertakwa kepada Allah Swt (Q.S.al-Maidah:100)
100. Katakanlah: "tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan."

Namun, ul al-bab juga dapat digunakan bagi pemilik IQ yang sudah menyadari akan adanya kekuatan-kekuatan yang lebih tinggi di balik kemampuan akal pikiran (Q.S. al-Baqarah: 269).
269. Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahikarunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).
Dan masih banyak lagi istilah yang mengisyaratkan aktifitas kecerdasan intelektual kesemuanya itu dapat disimpulkan bahwa ontologi akal hanya terbatas pada obyek-obyek yang dapat diindera, kepada obyek-obyek yang bersifat metafisik.

Penguasaan kecerdasan intelektual bukan jaminan untuk memperoleh kualitas iman atau kualitas spiritual yang lebih baik, karena terbukti banyak orang yang cerdas secara intelektual tetapi tetap kufur terhadap Tuhan. Hal ini juga ditegaskan di dalam Q.S.al-Baqarah:75:
Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui?
Ayat ini mengisyaratkan bahwa bahwa kecerdasan intelektual terkadang digunakan untuk meligitimasi kekufuran.Padahal, idealnya kecerdasan intelektual digunakan untuk memperoleh kecerdasan-kecerdasan yang lebih tinggi. Seorang ilmuan yang arif tidak berhenti pada level kecerdasan intelektual tetapi melakukan sinergi dengan kecerdasan-kecerdasan yang lebih tinggi.

5.1.2  Eksistensi EQ

Eksistensi kecerdasan emosional dijelaskan dengan begitu jelas di dalam beberapa ayat berikut ini (Q.S.al-Haj:46):
maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.
(Q.S.al-Jatsiyah/45:23)
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?

Ayat-ayat tersebut di atas cukup jelas menggambarkan kepada kita bahwa faktor kecerdasan emosional ikut serta menentukan eksistensi martabat manusia di depan Tuhan. Menurut S.H.Nasr, emosi inilah yang menjadi faktor penting yang menjadikan manusia sebagai satu-satunya makhluk eksistensialis, yang bisa turun-naik derajatnya di mata Tuhan. Binatang tidak akan pernah meningkat menjadi manusia dan malaikat tidak akan pernah “turun” menjadi manusia karena mereka tidak memiliki unsur kedua dan unsur ketiga seperti yang dimiliki manusia.

5.1.3 Eksistensi SQ

Kecerdasan spiritual (SQ) berkaitan langsung dengan unsur ketiga manusia.Seperti telah dijelaskan terdahulu bahwa manusia mempunyai substansi ketiga yang disebut dengan roh. Keberadaan roh dalam diri manusia merupakan intervensi langsung Allah Swt tanpa melibatkan pihak-pihak lain, sebagaimana halnya proses penciptaan lainnya. Hal ini dapat difahami melalui penggunaan redaksional ayat sebagai berikut:
Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. (Q.S.al-Hijr/15:29)
Ayat tersebut di atas menggunakan kata (dari ruh-Ku) , bukan kata (dari roh Kami) sebagaimana lazimnya pada penciptaan makhluk lain. Ini mengisyaratkan bahwa roh yang ada dalam diri manusia itulah yang menjadi unsur ketiga (roh) dan unsur ketiga ini pula yang menyebabkanseluruh makhluk harus sujud kepada Adam. Ini menggambarkan seolah-olah ada obyek sujud lain selain Allah. Unsur ketiga ini pula yang mem-backup manusia sebagai khalifah (representatif) Tuhan di bumi.
Kehadiran roh atau unsur ketiga pada diri seseorang memungkinkannya untuk mengakses kecerdasan spiritual. Namun, upaya untuk mencapai kecerdasan itu tidak sama bagi setiap orang. Seorang Nabi atau wali tentu lebih berpotensi untuk mendapatkan kecerdasan ini, karena ia diberikan kekhususan-kekhususan yang lebih dibanding orang-orang lainnya. Namun tidak berati manusia biasa tidak bisa mendapatkan kecerdasan ini.
SQ sulit sekali diperoleh tanpa kehadiran EQ, dan EQ tidak dapat diperoleh tanpa IQ.Sinergi ketiga kecerdasan ini biasanya disebut multiple intelligences yang bertujuan untuk melahirkan pribadi utuh (“al-insan al-kamilah). Untuk penyiapan SDM di masa depan, internalisasi ketiga bentuk kecerdasan ini tidak dapat ditawar lagi.
5.2 Aplikasi Penerapan  IQ, SQ, EQ dan AQ

Pendidikan yang baik tidak hanya memberikan nilai-nilai raport (atau IP) yang baik, tetapi juga harus memberikan skill of lifa (ketrampilan hidup).Pendidikan harus memungkinkan anak didik hidup secara baik dan benar dalam sekolah kehidupan.

Setidaknya ada 4 ketrampilan yang harus dimiliki untuk dapat sukses dalam kehidupan: 1) ketrampilan berfikir rasional-kreatif atau problem solving skill, 2) ketrampilan mengelola emosi untuk emosional maturity, 3) ketrampilan mendapatkan makna hidup (spiritual life meaning) dalam semua peristiwa, dan 4) ketrampilan mengelola fisik yang dinamis atau physical fitness. Tanpa ketrampilan-ketrampilan ini, anak didik biasanya Cuma akan menjadi robot dari penjara yang bernama sekolah. Jika dicermati baik-baik dan diaplikasikan dalam pengelolaan kelas, hasil pengajaran akan jauh lebih optimal. Pendidikan tidak akan bisa dipisahkan dari pengelolaan otak. Sekedar contoh, penerapan kelas akselerasi di sekolah-sekolah kurang sempurna memahami dinamika otak manusia.Anak-anak dilatih untuk mengembangkan kemampuan rasional-kalkulatif, tetapi hampir melupakan hukum simbiosis otak manusia yang menekankan pada pematangan emosi.Kemungkinan besar, kelas akselerasi bakal melahirkan anak-anak ber-IQ sangat tinggi, tetapi dengan kematangan emosi-spiritual (EQ) yang rendah.

Roger Sperry, ahli sarat yang mendapat hadiah nobel 1982, menemukan bahwa ternyata dalam satu kepala manusia ada dua otak, dan karena itu, ada dua pikiran (sebut saja rasional dan intuitif). Walaupun semula ditemukan melaului orang-orang yang dibedah otaknya, penelitian kemudianmembuktikan bahwa memang kedua belah otak itu berpikir dengan cara yang berbeda.

Otak kiri berkaitan dengan kegiatan-kegiatan rasional, analitis, bahasa, dan matematis. Orang yang dominan otak kirinya un=mumnya adalah mereka yang mempunyai kemampuan matematika dan bahasanya sangat bagus. Biasanya, orang-orang dengan otak kiri yang baik dianggap sebagai anak-anak yang pintar di sekolahnya.Nilai rapor, IP, dan IQ mereka umumnya bagus-bagus.


Sedangkan otak kanan berkaitan dengan berpikir intuitif, sintesis dan estetis.Orang dengan dominasi otak kanan tampak seperti filosofis atau seniman.Mereka cenderung “terasing” dalam kehidupan yang dikuasai oleh otak kiri.Mereka dianggap bodoh karena tidak cocok dengan pendidikan matematika dan bahasa.Walapun demikian, biasanya mereka adalah orang-orang yang kreatif.
Teori Multiple Intelligences menyatakan bahwa kecerdasan meliputi delapan kemampuan intelektual.Teori tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa kemampuan intelektual yang diukur melalui tes IQ sangatlah terbatas karena tes IQ hanya menekan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa (Gardner, 2003). Padahal setiap orang mempunyai cara yang unik untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapinya. Kecerdasan bukan hanya dilihat dari nilai yang diperoleh seseorang. Kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat suatu masalah, lalu menyelesaikan masalah tersebut atau membuat sesuatu yang dapat berguna bagi orang lain. Multiple Intelligences yang mencakup delapan kecerdasan itu pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecerdasan otak (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ). Semua jenis kecerdasan perlu dirangsang pada diri anak sejak usia dini, mulai dari saat lahir hingga awal memasuki sekolah (7 – 8 tahun).
Pola pengajaran tradisional yang hanya menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa yang disampaikan dalam bentuk ceramah mungkin membosankan siswa. Teori Multiple Intelligences menyarankan beberapa cara yang memungkinkan materi pelajaran dapat disampaikan dalam proses belajar yang lebih efektif.

Cara-cara penyampaian materi pelajaran yang dapat digunakan oleh guru sebagai berikut:
- Kata-kata (Linguistic Intelligence)
- Angka atau logika (Logical -Mathematical Intelligence)
- Gambar (Visual -Spatial Intelligence)
- Musik (Musical Intelligence)
- Pengalaman fisik (Bodily-Kinesthetic Intelligence)
- Pengalaman sosial (Interpersonal Intelligence)
- Refleksi diri (Intrapersonal Intelligence)
- Pengalaman di lapangan (Naturalist Intelligence)
- Peristiwa (Existence Intelligence)
Vernon A. Magnesen (1983), (DePorter, Bobbi; Reardon, Mark; Mourie, Sarah Singer, 2000) menjelaskan bahwa kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan. Artinya seseorang bisa menyerap informasi paling banyak pada saat dia melakukan atau mempraktekkan materi yang diterimanya.

Kadang-kadang kita berpikir bahwa untuk menerapkan berbagai metode pengajaran yang berkembang akhir-akhir ini diperlukan suatu peralatan yang canggih untuk menunjang proses belajar. Padahal yang sebenarnya tidaklah demikian. Di dalam menerapkan Multiple Intelligences di dalam proses pengajaran dapat dilakukan melalui beberapa cara, di antaranya dengan menggunakan musik untuk mengembangkan Musical Intelligence, belajar kelompok untuk mengembangkan Interpersonal Intelligence, aktivitas seni untuk mengembangkan Visual-Soatial Intelligence, role play untukmengembangkan Bodily-Kinesthetic Intelligence, perjalanan ke lapangan (Field Trips) untuk mengembangkan nature Intelligence, menggunakan Multimedia, refleksi diri untuk megembangkan Intra personal Intelligence, dan lain-lain.

Penerapan multiple Intelligences di dalam proses belajar mengajar tidak harus menunggu perintah dari atasan. Guru yang mencoba menerapkan Multiple Intelligences, berinisiatif untuk mencoba keluar dari zona nyaman agar pengajaran dapat dilakukan seefektif mungkin dan sesuai dengan kebutuhan siswa.Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa guru adalah orang yang langsung terlibat di lapangan yang mengetahui secara jelas kebutuhan dan keunikan dari setiap siswa.

Upaya menerapkan Mulitiple Intelligences bukan hanya tanggung jawab guru dan kepala sekolah saja, tetapi pihak orang tua pun perlu dilibatkan.Kita harus bersinergi dengan pihak orang tua. Orang tua pun memiliki andil dalam menentukan cara belajar anaknya. Masih banyak orang tua yang memiliki pola pikir tradisional dalam memandang kemampuan yang harus dicapai oleh anaknya.Mereka masih memandang anaknya bodoh, jika anaknya tidak pandai dalam matematika atau bahasa.Pola pikir orang tua seperti itu harus diubah.


Pihak sekolah hendaknya mengadakan seminar bagi orang tua.Seminar itu menjelaskan bahwa kecerdasan anak bukan hanya dipandang dari kemampuan matematika dan bahasa, melainkan masih banyak kemampuan lainnya yang dapat dikembangkan sesuai dengan keunikan anak.Jika pandangan baru ini diberikan kepada orang tua, diharapkan setiap orang tua dapat mendukung pihak sekolah untuk mengembangkan Multiple Intelligences.Salah satu bentuk peran serta orang tua dalam pengembangan Multiple Intelligences adalah dengan tidak memaksakan anak untuk hanya menguasai kemampuan matematika dan bahasa, tetapi mereka pun dapat membimbing dan mengarahkan anaknya sesuai dengan keunikannya masing-masing.

Upaya untuk mengintegrasikan ketiga potensi kecerdasan tersebut melalui proses pembelajaran tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan setiap peserta didik memiliki kekhasan masing-masing. Latar belakang ekonomi, lingkungan sosial, bakat, minat, pengetahuan serta motivasi antara satu murid dengan murid yang lain tidaklah selalu sama, bahkan cenderung berbeda.
Oleh karena itu, diperlukan sebuah pendekatan yang mampu memahami karakteristik peserta didik sehingga lingkungan sekolah benar-benar dapat memberi kesempatan bagi pengembangan potensi peserta didik agar mencapai titik maksimal. Selain itu, diperlukan juga kreatifitas dan inovasi dari pendidik agar proses pembelajaran tidak menjemukan yang tentu saja akan berpengaruh pada prestasi peserta didik tetapi menyenangkan (enjoyful learning) (EQ), bermakna (meaningful learning) (SQ), dan menantang atau problematis (problematical learning) (IQ). Dengan pembelajaran seperti ini diharapkan tercipta manusia-manusia pembelajar yang selalu tertantang untuk belajar (learning to do, learning to know) (IQ), learning to be (SQ), dan learning to live together (EQ), serta selalu memperbaiki kualitas diri-pribadi secara terus-menerus, hingga pada akhirnya dapat diperoleh aktualisasi diri yang sesungguhnya (real achievement).



DAFTAR PUSTAKA
http://transit-transit.blogspot.com/2009/04/iq-eq-sq.html. Diakses pada tanggal 18 Desember 2012
http://republika.co.id:8080/berita/29676/Isyarat_isyarat_IQ_EQ_dan_SQ_dalam_Al_Qur_an. Diakses Tanggal 18 Desember 2012

http://www.sekolahdasar.net/2009/10/kecerdasan-intelektual-iq-kecerdasan.html. Diakses pada Desember 2012
Daniel Goleman,”Kecerdasan Emosional” (Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 1996) 
Abdul Wahid Hasan, “SQ Nabi” (Yogyakarta: IRCiSoD, 2006) 
Ary Ginanjar Agustian, ESQ, Jakarta, Penerbit Arga, 2002, Cet. 7,

 Husnaini, A, “Makalah: Keseimbangan IQ, EQ, dan SQ Dalam Perspektif Islam”,

M. Darwis Hude, “Emosi”, (Jakarta: Erlangga, 2006) 
Nasarudin Umar, “Kata Pengantar dalam buku Emosi”, (Jakarta: Erlangga, 2006) 
Nasaruddin Umar. 2009. “Isyarat-Isyarat IQ, EQ dan SQ dalam Al-Qur’an”.


Taufiq Pasiak, “Manajemen Kecerdasan: Memberdayakan IQ, EQ, SQ untuk Kesuksesan Hidup”. (Bandung: PT Mizan, 2006)
Handy Susanto, “Penerapan Multiple Intelligences dalam Sistem Pembelajaran” Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005 




1 komentar: